Moksi yang Hilang
02010, sudah 25 hari beranjak semenjak hari tahun baru dan pada hari ini saya menyadari diri saya yang kehilangan arah. Perasaan mengerjakakan sesuatu yang hampa, makan hampa, hampir semua kegiatan saya lakukan demi Allah saja, tanpa mempedulikan apakah saya senang atau tidak meski terkadang saya menjadi lelah dan meninggalkan semuanya.
Saya bercita-cita untuk menjadi seorang penemu, pada bidang IPTEK, saya ingin melakukan riset mengenai management pengetahuan yang terdifusi, semacam artificial intelligence yang bisa terus belajar sendiri, tapi cita-cita itu terlupakan oleh rintangan hidup yang acapkali berusaha menempatkan saya pada kondisi didalam syarat, semisal apabila saya ingin memasak sup ayam maka saya harus membeli ayam, sayuran, dan bumbu ke pasar. Tapi tidak semudah itu !, saya dihimbau untuk mempelajari ayam mana yang bagus, sayuran mana yang baik, dan bumbu mana yang enak, dan saya juga harus menyiapkan uangnya yang saya tidak punya !, sehingga saya harus mencari uang terlebih dahulu. Untuk mencari uang saya harus bekerja, dan untuk bekerja maka saya harus mencari lowongan yang cocok antara kemampuan dan jabatan. Untuk masuk kerja saya harus terlebih dahulu melakukan testing, wawancara, dan probation, sampai akhirnya saya diposisikan menjadi pegawai tetap.
Dan…….. saya melupakan niat saya yang pertama : Makan sup ayam.
Menurut Richard Brodie, perhatian adalah separuh dari kesadaran, tapi menurut saya lebih dari itu. Entah bagaimana dunia dan masyarakat telah menciptakan alat-alat untuk cenderung melupakan manusia dari tujuannya dengan cara menginterupsi perhatian dan membuat perhatian benar-benar tertuju melupakan tujuan utama dengan suguhan kenyamanan terprogram dan/atau tujuan utama baru. Manusia hidup 24 jam sehari, 8 jam untuk tidur, 8 jam untuk bekerja dan 8 jam untuk melakukan hal lain. Intinya manusia normal hanya memiliki 8 jam waktu untuk membuat dirinya lebih mulia, namun apa yang terjadi ?, sedikit demi sedikit perhatian manusia diinterupsi dengan berbagai situasi basa-basi, perjalanan, tontonan, birokrasi, dan lain sebagainya.
Waktu manusia habis dalam perjalanan kerja sepanjang hari, habis oleh tontonan yang berulang kali dilihat tanpa menghasilkan buah pikiran baru, interupsi telepon genggam yang lucunya dapat memposisikan seseorang yang menelepon menjadi lebih penting ketimbang yang sedang diajak bicara.
tapi syukurlah, kesadaran saya pada hari ini telah kembali…
No Comments