Lari dari Cobaan
0Kemarin sore, tepat jam 14:30 saya turun dari kantor GSJ untuk pulang ke kantor SS1, jadwal mobil shuttle di Chevron saya lihat terpajang di dinding ruangan kerja ada 2 mobil available, dan saya segera meluncur karena takut ketinggalan.
Saya sempat mampir ke tandas sebelum akhirnya sampai di lobby.
Kemudian saya tanyakan ke security lobby apakah Shuttle ke SS1 masih dibawah atau sudah berangkat, dan mereka serempak bilang “sudah…, tadi sudah lewat”, yah………, memang salah saya juga kurang mengambil ancang-ancang lebih awal (sambil memandang jam tangan yang menunjukan pukul 14:40, 10 menit terlambat)
Mau tidak mau saya ke SS1 menggunakan busway, tanpa banyak pikir saya menerima kesalahan, yaaaa memang salah saya koq, saya terima, anggap saja ini pelajaran untuk mengambil ancang-ancang yang tidak terlalu mepet kalau mau naik shuttle, menunggu 5 menit lebih baik daripada ketinggalan……, begitulah omong-omongan yang muter di kepala saya.
……, berangkatlah saya menuju halte busway terdekat.
eeeehh….., diperjalanan menuju ke halte busway, sekononyong-konyong mobil shutte menyalip saya yang sedang berjalan…., HAH !!??, KATANYA SUDAH JALAN ?????, waduh……., gimana sih tu security ???, ah, ga bener nih, !@$@#%^&$^*&%*($%#@$@#
Saya sempat berpikir untuk mengetuk pintu mobil shuttle yang sedang berhenti di lampu merah, jarak antara shuttle dan saya hanya 6 langkah saja…, ya memang saya bisa naik, tapi ini tidak aman dan saya yakin di SOP Chevron hal ini akan menimbulkan pertanyaan berhubungan dengan safety, bukan hanya saya yang akan dipertanyakan, tapi supirnya, dan mungkin penumpang lain juga.
Sepanjang jalan menuju halte busway, di pikiran saya menggerutu kesal……., security sok tahu, inilah, itulah, dari mulai memaki sampai menyumpah berputar di pikiran saya.
Sesampainya di halte busway, saya beli tiket Rp 3.500, masuk, dan mengantri sambil panas-panasan, yang membuat saya lebih menggerutu lagi……., panas, kesal, dan capek.
Oke, marah saya sudah selesai, saya sudah ada di bus, bergelantungan dengan penumpang lain, saat itu penumpangnya tidak padat, tapi tidak ada bangku kosong, saya duduk menghadap kiri, melihat sepanjang jalan Thamrin, Sudirman……..
Di sepanjang jalan Thamrin dan Sudirman, saya lihat jalurnya begitu padat, macet, sementara bus ini kan jalannya khusus, tanpa macet, meski hanya berhenti sebentar-sebentar di tiap halte…., wah……, ada positifnya juga saya naik busway, coba kalau saya tadi naik shuttle, pastinya kejebak macet, membosankan.
Saat itu saya jadi malu hati, saya telah melupakan Tuhan, saya tidak mengira kalau semua cobaan ini sebenarnya baik untuk saya, saya seharusnya merasa beruntung tidak naik Shuttle, ini semua petunjuk yang dibungkus bersama cobaan untuk tidak mengotori pikiran saya dengan gerutuan & makian, merelakan apa yang sudah terjadi, dan berpikir kedepan sajalah.
Saya sempat berpikir kalau saya naik shuttle, apa yang akan terjadi ???, ya palingan saya menggerutu juga karna macet & berpikir kenapa tidak naik busway saja ya……, HahAHahAHahHA !, saya menertawakan diri saya sendiri.
Ini adalah pelajaran, dilain waktu kalau ada kejadian yang tidak menyenangkan lagi, saya seharusnya cenderung untuk berpikir kalau ini adalah petunjuk, cobaan, dan saya harus berpikir positif bahwa Tuhan selalu memberikan jalan terbaik. Dan supaya saya tidak lupa Tuhan, saya menyadari akan pentingnya ber-dzikir, menjaga hati saya supaya tidak kosong, liar mengambang dengan gerutuan-gerutuan yang saya sesalkan sudah mengotori pikiran saya.
No Comments